BI Guyur Insentif Rp 256,1 Triliun ke Perbankan, Bank Swasta Dapat Bagian Rp 110,5 Triliun
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penyaluran insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) telah mencapai angka fantastis sebesar Rp256,1 triliun hingga minggu kedua September 2024. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi penerima terbesar dari insentif tersebut. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, bank BUMN menerima insentif KLM sebesar Rp118,6 triliun, diikuti oleh bank umum swasta nasional (BUSN) sebesar Rp110,5 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp24,4 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp2,6 triliun. Insentif ini diberikan kepada sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi mineral dan batu bara (minerba), pangan, UMKM, sektor otomotif, perdagangan, listrik, gas dan air (LGA), serta pariwisata dan ekonomi kreatif. Perry menekankan bahwa insentif KLM difokuskan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama dalam bidang hilirisasi minerba, pangan, dan sektor-sektor strategis lainnya.
Dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Perry juga menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit nasional tetap didorong oleh permintaan yang kuat dari korporasi, terutama di sektor padat modal. Namun, ia menambahkan bahwa permintaan kredit di sektor padat karya masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, permintaan kredit rumah tangga, terutama di sektor properti, tetap stabil. Sektor industri, LGA, dan pengangkutan juga menunjukkan pertumbuhan kredit yang positif. Pada Agustus 2024, kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 10,75% year-on-year (yoy), 13,08% yoy, dan 10,83% yoy. Pembiayaan syariah dan kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Perry memproyeksikan bahwa pertumbuhan kredit pada tahun 2024 akan berada di kisaran 10-12%. BI akan terus memperkuat implementasi KLM, dengan fokus pada sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja, sektor tersier, serta sektor yang meningkatkan inklusivitas, terutama untuk kelas menengah bawah. Perry menegaskan bahwa likuiditas perbankan pada Agustus 2024 masih dalam kondisi yang memadai, dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 25,37%. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan juga kuat, sebesar 26,56% pada Juli 2024. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) tetap rendah, menunjukkan ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan yang baik.
Perry menekankan pentingnya sinergi antara Bank Indonesia dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mengantisipasi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan ke depan. Dengan hasil uji ketahanan (stress test) perbankan yang baik, BI siap untuk menghadapi tantangan dan menjaga stabilitas ekonomi negara. Semoga langkah-langkah ini dapat terus memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.