Pengusaha Berharap UMKM Bisa Serap Tenaga Kerja untuk Kelas Menengah
Pengusaha lagi bahas nih soal penurunan kelas menengah di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, jumlah kelas menengah menurun, sementara kelas rentan miskin dan miskin justru meningkat.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, bilang kalau menciptakan lapangan kerja itu kunci untuk menjaga kelas menengah tetap stabil, bahkan bisa naik kelas. Dan menurut Shinta, menciptakan lapangan kerja bukan hanya tanggung jawab industri besar dan perusahaan, tapi juga UMKM (Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro) punya peran penting.
Dengan kondisi ekonomi global yang lagi lesu dan daya beli masyarakat yang menurun, banyak perusahaan, khususnya yang berorientasi ekspor, lagi kesulitan. Shinta menyatakan, “Kita lihat kuncinya ada di penciptaan lapangan pekerjaan. Jadi, kita nggak bisa cuma bergantung pada industri besar, tapi juga harus mengandalkan UMKM. UMKM juga jadi salah satu penggerak untuk meningkatkan kelas menengah.”
Shinta menambahkan, dalam situasi sulit seperti ini, UMKM seharusnya lebih didorong untuk berperan aktif dalam perekonomian domestik. Menurutnya, pemerintah perlu memberikan lebih banyak stimulus agar UMKM bisa berkembang, menciptakan lebih banyak pekerjaan, dan menggerakkan ekonomi.
“Memberdayakan UMKM itu penting banget. Kita butuh stimulus yang lebih produktif untuk pengembangan mereka. Daripada fokus pada situasi global yang dampaknya nggak pasti, lebih baik kita tingkatkan permintaan domestik,” jelas Shinta.
Stimulus ini bukan cuma soal pajak. Shinta bilang, penting juga untuk memperbaiki biaya dan mempermudah proses memulai bisnis. Dengan begitu, UMKM bisa tumbuh, lebih banyak tenaga kerja bisa diserap, ekonomi bisa berjalan, dan masyarakat bisa naik kelas.
“Stimulus itu bukan hanya soal pajak. Kemudahan berusaha juga penting, termasuk biaya operasional. Indonesia bersaing dengan banyak negara yang mungkin punya biaya lebih kompetitif, jadi kita perlu fokus pada kemudahan berusaha juga,” kata Shinta.
Berdasarkan data BPS, jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2024 mencapai 47,85 juta orang atau sekitar 17,13% dari total penduduk. Ini turun dari 2019 yang mencapai 57,33 juta orang atau 21,45%. Sementara itu, jumlah kelas menengah rentan naik dari 128,85 juta orang (48,20%) pada 2019 menjadi 137,50 juta orang (49,22%) pada 2024. Jumlah orang miskin juga sedikit naik dari 25,14 juta (9,41%) pada 2019 menjadi 25,22 juta (9,03%) pada 2024.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga ngomong tentang penurunan kelas menengah ini. Dia bilang, masalah ini dipengaruhi oleh kelesuan ekonomi global dan dampak COVID-19 yang mengganggu perekonomian kelas menengah. Jokowi juga menyebutkan bahwa banyak negara di seluruh dunia mengalami masalah serupa.
“Itu masalah yang terjadi di hampir semua negara. Ekonomi global turun, dan COVID-19 2-3 tahun lalu juga mempengaruhi. Semua negara sekarang menghadapi kesulitan yang sama,” ujar Jokowi di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Jumat (30/8/2024) lalu.