Proyek LRT & Kereta Cepat Bikin Utang KAI Nggak Main-Main, Naik Jadi Rp56,5 Triliun!
Pendanaan proyek LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Whoosh meningkatkan nilai utang PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Perseroan utang perusahaan naik dari Rp50,46 triliun menjadi Rp56,56 triliun di kuartal I-2024. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya mengatakan bahwa nilai utang yang meningkat seiring dengan pertumbuhan nilai aset. Hal ini terjadi selama tahun 2022, 2023, dan awal 2024, terutama ketika KAI mulai mengoperasikan LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Whoosh secara komersial pada 2023 lalu.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kenaikan utang adalah pendanaan yang diperlukan untuk proyek-proyek besar seperti LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Whoosh. Ini membuat nilai utang perusahaan melonjak dalam tiga bulan pertama tahun 2024. Akibatnya, rasio utang terhadap ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) juga naik menjadi 1,3 kali di kuartal I-2024, dibandingkan dengan posisi DER di akhir 2023 yang hanya 1,0 kali.
Salah satu hal positif dari kenaikan utang tersebut adalah pertumbuhan aset yang signifikan, yang mencerminkan potensi bisnis yang baik bagi KAI. Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Salusra menjelaskan bahwa pertumbuhan aset KAI mencapai Rp81,37 triliun di tahun 2023, berbanding dengan Rp71,56 triliun di tahun sebelumnya. Namun, kenaikan liabilitas dari Rp42,50 triliun menjadi Rp50 triliun di tahun yang sama, menunjukkan bahwa peningkatan utang harus diimbangi dengan pertumbuhan ekuitas yang proporsional.
Salah satu pencapaian utama KAI adalah mulai beroperasinya LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Whoosh secara komersial pada Agustus dan Oktober 2023. Hal ini tidak hanya memberikan layanan transportasi yang lebih efisien bagi masyarakat, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, meskipun dengan peningkatan utang yang sebagian besar digunakan untuk proyek infrastruktur transportasi.
Meskipun ada kekhawatiran mengenai kenaikan DER yang tidak proporsional dengan pertumbuhan ekuitas, namun KAI optimis dengan proyek-proyek masa depan seperti Kereta Cepat dan LRT akan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan perusahaan. Pendanaan yang masuk dari proyek-projek ini diharapkan dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi KAI, meskipun harus diimbangi dengan manajemen hutang yang bijaksana.
Jadi, meskipun kenaikan utang KAI merupakan hasil dari pendanaan proyek-proyek besar seperti LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Whoosh, namun hal ini juga mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang positif. Dengan strategi yang tepat dalam manajemen aset dan liabilitas, KAI dapat terus berkembang dan memberikan layanan transportasi yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia.