Bank Mega Catat Laba Bersih Senilai Rp 2,63 Triliun pada Tahun 2024
PT Bank Mega Tbk. (MEGA) yang dimiliki oleh taipan Chairul Tanjung mengalami penurunan laba bersih menjadi Rp2,63 triliun pada tahun 2024, turun 25,04% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 7,83% YoY, dari Rp5,53 triliun pada 2023 menjadi Rp5,10 triliun pada 2024. Rasio net interest margin (NIM) Bank Mega juga turun dari 5,21% menjadi 4,64% pada tahun yang sama.
Meskipun demikian, pendapatan berbasis komisi Bank Mega masih tumbuh tipis 1,5% YoY menjadi Rp1,7 triliun. Namun, kerugian akibat penurunan nilai aset keuangan meningkat hingga mencapai Rp215,8 miliar, sementara beban lainnya juga naik 4,20% menjadi Rp1,69 triliun. Bank Mega telah menyalurkan kredit sebesar Rp64,65 triliun per akhir 2024, turun 2,48% dari tahun sebelumnya.
Aset perseroan masih mengalami pertumbuhan sebesar 2,17% menjadi Rp134,92 triliun. Namun, rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) gross naik tipis dari 1,57% menjadi 1,69%, sementara NPL net juga mengalami kenaikan dari 1,18% menjadi 1,22%. Di sisi lain, Bank Mega berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp91,67 triliun pada tahun 2024, naik 2,5% dari tahun sebelumnya.
Komposisi dana murah atau current account saving account (CASA) Bank Mega mencapai 30,07% dari total pendanaan, atau setara dengan 27,57% dari keseluruhan simpanan. Namun, rasio profitabilitas bank ini mengalami penurunan, dengan imbal aset atau return on asset (ROA) turun dari 3,47% menjadi 2,56%, dan return on equity (ROE) berada pada level 13,62%, turun dari 17,62% pada akhir 2024.
Dalam menghadapi tantangan ini, Bank Mega perlu terus meningkatkan efisiensi operasional dan mengelola risiko dengan lebih baik agar dapat memperbaiki kinerja keuangan di masa mendatang. Dengan strategi yang tepat, diharapkan Bank Mega dapat kembali meraih pertumbuhan yang positif dan memperkuat posisinya di industri perbankan Tanah Air.